Kamis, 22 Maret 2012

88 Tahun Tanpa Khilafah : From Imarah To Khilafah

 

M. Fachry


3 Maret 2012 tahun ini genap 88 tahun kaum Muslimin hidup tanpa naungan Khilafah. Musthafa Kamal Attaturk, antek barat keturunan yahudi yang lahir di Salanik atau Salonika (1880 M/1296 H) ini pada tanggal 3 Maret 1924 melalui sidang Dewan Perwakilan Nasional, memecat Khalifah, membubarkan sistem Khilafah, dan menghapus sistem pemerintahan Islam yang telah berjalan ribuan tahun tersebut dari Khilafah Ustmaniyyah di Turki.

Sejak peristiwa 3 Maret 1924, kaum Muslimin hidup tanpa naungan Khilafah, terpecah belah menjadi sekitar 60-an negara nasionalis yang tidak terikat satu sama lain dengan ikatan yang shahih (aqidah Islam), dihinakan, wilayahnya diduduki penjajah, darahnya ditumpahkan, kehormatannya dilecehkan, dan agamanya dinistakan.

Kini, setelah 88 tahun berlalu, gaung kebangkitan Islam yang sejak lama diperjuangkan mulai menampakkan hasilnya. Kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia melihat secercah harapan kembalinya kejayaan dan keberkahan hidup di bawah naungan syariat Islam di bawah sistem pemerintahan Islam, Khilafah Islamiyyah.

Nubuwwah dari Rasulullah SAW., yang memberitakan akan berakhirnya masa kepemimpinan para diktaktor yang kejam dan bengis dan menjadi awal kemunculan sistem Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian mulai terlihat tanda-tandanya.

Keruntuhan rezim diktaktor Tunisia, disusul Mesir, Libya, dan kini Suriah menjadi tanda dan bukti benarnya berita kenabian Rasulullah SAW. Sementara itu, fenomena kemunculan negara-negara Islam atau yang lebih dikenal dengan Imarah Islam, seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah Islam Somalia, dan Daulah Islam Iraq menjadi penanda dan bukti yang menguatkan bahwa masa kedatangan Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian sudah semakin dekat. Karena seluruh Imarah Islam yang ada bercita-cita mewujudkan Khilafah Islamiyah mengikuti metode kenabian. Insya Allah!     


Bagaimana Khilafah Islam Diruntuhkan ?
Syekh Abdullah Azzam rahimahullah dalam bukunya ‘Al Manarah Al Mafqudah’ (Pelita Yang Hilang) menjelaskan penyebab runtuhnya kekhilafahan. Menurut beliau, orang-orang Eropa berpendapat bahwa cara yang paling mudah untuk mematikan Islam adalah melayangkan pukulan mematikan memlalui tangan putra-putranya yang mengaku sebagai kaum Muslimin.


Musthafa Kamal Attaturk datang mewujudkan impian yang belum pernah terbayangkan sebelumnya oleh orang-orang Eropa yakni memecat Khalifah, membubarkan sistem Khilafah, dan menghapus sistem pemerintahan Islam yang telah berjalan ribuan tahun dari Khilafah Ustmaniyyah di Turki.

Menurut Syekh Abdullah Azzam dalam ‘Al Manarah Al Mafqudah’ buku beliau yang diterbitkan di Shada, perbatasan Afghanistan pada 26 Juni 1987 tersebut, Musthafa Kamal Attaturk lahir di kota Salonika atau kota Yahudi, yang berpenduduk 140.000 jiwa, dimana 80.000 diantaranya adalah orang-orang Yahudi Espana dan 20.000 lagi adalah orang-orang Yahudi Aldunama, yakni kaum Yahudi yang berpura-pura masuk Islam (dokumen duta Inggris, Lother, tanggal 29-5-1910), diterbitkan oleh Majalah Al-Mujtama’ no. 425-529, 1978.)

Musthafa Kamal Attaturk adalah agen dan antek orang-orang kafir Eropa, terutama Inggris. Musthafa mengawali pengkhianatannya ketika berada di Palestina, dengan mengadakan perjanjian dengan Allenby, panglima pasukan Inggris. Dari pengkhianatan itu disepakati Musthafa menarik pasukannya dari Palestina dan memberi kesempatan kepada Allenby untuk masuk bersama pasukannya dalam keadaan tenang dan damai.

Pasukan Allenby akhirnya memukul mundur pasukan ke IV Turki dengan pukulan yang mematikan. Akibat dari pengkhianatan awal Musthafa, kekuatan Turki hancur untuk selama-lamanya dimana hasil pertempuran sangat memilukan, jumlah tawanan mendekati seratus ribu tentara, di luar jumlah mereka yang mati oleh peluru orang-orang Druze dan Armenis (Ar Rajulu Ash-Shanamu)

.

Syekh Abdullah Azzam membeberkan dalam ‘Pelita yang Hilang’ bukti-bukti pengkhianatan Musthafa Kamal Attaturk dan kesepakatannya dengan Inggris.

1. Mundurnya Musthafa Kamal dari posisi strategis yang terlindung kuat, yakni di timur Nabulus, yang dilakukan persis di malam masuknya pasukan Allenby, 19 September 1917, dengan mendadak dan dalam waktu yang singkat.Dhabith Tarki Sabiq, mantan jenderal Turki, penulis buku Ar Rajulu Ash-Shanamu, Kamal Attaturk (Manusia Berhala, Kamal   Attaturk), menyatakan :

“Di sini terjadi kesepakatan antara Mustafa Kamal dengan panglima pasukan Inggris, Jenderal Allenby, secara rahasia. Isi kesepakatan tersebut ialah Musthafa Kamal akan menarik mundur pasukannya secara mendadak, sehingga tentara Turki tidak mampu melakukan pertahanan. Tentu saja hal itu menyebabkan mereka jatuh ke tangan musuh.

2. Inggris mengadakan hubungan dengan Musthafa Kamal pada waktu dia masih menjadi panglima pasukan di Palestina. Mereka membujuk Musthafa Kamal untuk mengadakan pemberontakan terhadap Sultan dan Inggris berjanji untuk membantu rencana tersebut.

3. Setelah Allenby merebut kemenangan, maka ia datang ke Istambul. Dia meminta Daulah Turki yang kalah untuk mengangkat Musthafa Kamal sebagai panglima pasukan ke IV dekat wilayah Maushil (kota di Iraq), dimana pengaruh Inggris dan daerah minyak terletak. Tujuannya supaya Musthafa Kamal dapat melindungi berbagai kepentingan Inggris dan mengamankan mereka di sana.

4. Musthafa Kamal, setelah kekalahan besar yang diderita Turki dan sesudah kembali ke Turki, mempunyai hubungan rahasia dengan pastor yang dikenal dengan nama Frid, seorang kapala intelejen Inggris di Turki.

5. Sandiwara kemenangan yang gemilang di Anatolie, khususnya di wilayah Sicoria, Azmir, dan Avion yang menjadikan Musthafa Kamal melambung ketenarannya bagaikan sebuah lagenda. Maka sempurnalah sandiwara tersebut dengan penampilan yang menghipnotis dan merampas perasaan hati itu. Inggris telah menekan Khalifah sedemikian rupa sehingga dia nampak lemah dan tak berdaya. Sementara di sisi lain mereka berpura-pura lemah menghadapi Musthafa Kamal agar nampak bahwa dia adalah pahlawan satu-satunya di Turki.

Akhirnya pada tanggal 3 Maret 1924, Musthafa Kamal, sang agen dan antek Inggris turunan Yahudi tersebut mengusulkan rencana untuk menghapus, membubarkan khilafah, memisahkan antara agama dan negara, serta mengganti Mahkamah Syariah dan Undang-Undang Syariah dengan Mahkamah Modern (Thaghut) dan Undang-Undang Modern (Thaghut).

Syekh Abdullah Azzam mengomentari tindakan keji Musthafa Kamal tersebut: “Sungguh Musthafa Kamal telah mencabut bangunan yang tinggi dari pondasinya. Bangunan yang selama lima abad menjadi menara petunjuk bagi kaum Muslimin, menjadi pelita yang menerangi kaum Muslimin di bumi Turki.”

Syekh Abdul Qadim Zallum, dalam bukunya “How The Khilafah Destroyed” (Kaifa Hudimat al-Khilafah) menceritakan detik-detik dimana Khilafah Islam terakhir di Turki diruntuhkan oleh antek dan agen Inggris, Musthafa Kamal Attatruk.


“Pada pagi hari tanggal 3 Maret 1924, diumumkan bahwa Majelis Nasional telah menyetujui penghapusan Khilafah dan pemisahan agama dari urusan-urusan negara. Pada malamnya, Musthafa Kamal mengirimkan perintah kepada gubernur Istambul yang menetapkan bahwa Khalifah Abdul Majid harus meninggalkan Turki sebelum fajar hari berikutnya. Pada tengah malam, gubernur bersama satu pasukan dari kesatuan polisi dan militer mendatangi istana Khalifah.

Khalifah dipaksa masuk ke dalam mobil yang kemudian membawanya melintasi perbatasan menuju Swiss. Setelah ia dibekali satu kopor berisi beberapa potong pakaian dan sejumlah uang. Dua hari kemudian, Musthafa mengumpulkan seluruh pangeran dan putri Sultan, kemudian mendeportasinya ke luar negeri. Seluruh peran agama dihapuskan dan waqaf kaum Muslimin menjadi milik negara. Sekolah-sekolah agama diubah menjadi sekolah umum di bawah pengawasan kementerian pendidikan. Demikianlah bagaimana caranya Khilafah diruntuhkan.

Khilafah benar-benar runtuh, dan ikut runtuh pula Islam dalam kapasitasnya sebagai konstitusi negara, sebagai sumber perundang-undangan umat, serta sebagai pedoman hidup. Semuanya itu adalah perbuatan Inggris melalui kaki tangan dan agen mereka, si pengkhianat Musthafa Kamal Pasha.”


Lihat apa yang diucapkan Musthafa Kamal dalam pidatonya yang disampaikan pada anggota dewan:
“Dengan harga apa yang harus dibayar untuk menjaga Republik yang terancam ini dan menjadikannya berdiri kokoh di atas prinsip ilmiah yang kuat?

Jawabannya Khalifah dan semua keturunan keluarga Utsman harus pergi (dari Turki), pengadilan agama yang kuno dan undang-undangnya harus diganti dengan pengadilan dan undang-undang modern, sekolah-sekolah kaum agamawan harus disterilkan tempatnya untuk dijadikan sekolah-sekolah negeri yang non agama.”

Dan Umat Islam pun Tercerai Berai
Pasca diruntuhkannya Khilafah Islam yang terakhir di Turki, umat Islam tercerai berai, bagai anak ayam kehilangan induknya. Kaum Muslimin terpecah belah menjadi sekitar 60-an negara nasionalis yang tidak terikat satu sama lain dengan ikatan yang shahih (aqidah Islam).

Setelah Khilafah Islam diruntuhkan, kaum Muslimin berpecah belah dan menyebar pada jalan yang berbeda-beda laksana domba di malam hujan, dimana kemudian kawanan serigala menerkam kaum Muslimin yang tercerai berai tersebut. Semua musuh mencabut senjatanya dan menghunuskan pedangnya untuk menyembelih siapapun dan dengan cara bagaimanapun yang mereka sukai. Khilafah Islam, sang pelindung umat sudah tiada lagi.

Syekh mujahid, Usamah bin Ladin rahimahullah dalam “Taujih Manhajiyah 2” menggambarkan derita umat akibat tercerai berai dan tidak memiliki pemimpin.


“ Pada saat darah orang-orang Islam mengalir dan ditumpahkan, di Palestina, Chechnya, Philipina, Kashmir dan Sudan, dan anak-anak kita mati lantaran embargo Amerika di Irak. Dan ketika luka-luka kita belum sembuh, sejak serangan-serangan  salib terhadap dunia Islam pada kurun yang lalu, dan yang merupakan hasil dari kesepakatan Saix-Piccot antara Inggris dan Prancis, yang menyebabkan dunia Islam terbagi-bagi menjadi potongan-potongan, sedangkan para kakitangan salib masih berkuasa di dalamnya sampai hari ini, tiba-tiba keadaan yang serupa menghadang kita dengan kesepakatan Saix-Piccot, yaitu kesepakatan Bush-Blair, akan tetapi kesepakatan itu di bawah bendera yang sama, dan tujuannya juga sama. Benderanya adalah bendera salib, dan tujuannya adalah merampas dan menghancurkan umat Nabi kita shollallohu ‘alai wa sallam yang dicintai.

Sesungguhnya kesepakatan Bush-Blair mengaku ingin menghancurkan teroris, namun tidak samar lagi, meskipun bagi orang awam sekalipun, bahwa kesepakatan itu bertujuan untuk menghancurkan Islam, namun demikian para penguasa negara-negara kawasan timur tengah tetap saja menyatakan dukungan mereka, melalui berbagai ceramah dan tulisan, terhadap terhadap  Bush di dalam memerangi teroris, yaitu memerangi Islam dan kaum muslimin, dalam sebuah pengkhianatan yang jelas terhadap Islam dan umatnya, dengan dukungan restu dari para ulama’ pemerintah dan para menterinya.”

Kesepakatan atau Perjanjian Saix-Piccot adalah kesepakatan rahasia yang berlangsung pada tahun 1334 H ketika perang dunia pertama antara Inggris dan Prancis, atas persetujuan Rusia untuk memecah-belah Daulah ‘Utsmaniyah dan membagi daerah-daerah yang tunduk di bawah kekuasaan ‘Utsmaniyah --- yaitu Suriah, Irak, Lebanon dan Palestina --- ke daerah-daerah yang tunduk kepada kekuasaan Prancis, sedangkan yang lainnya tunduk kepada kekuasaan Inggris. Kesepakatan tersebut dinamakan dengan nama tersebut karena dinisbatkan kepada pelakunya yaitu Marlk Saix orang Inggris dan George Piccot, orang Perancis.

Syekh Usamah rahimahullah melanjutkan :
“Dan sesungguhnya diantara tujuan terpenting dari serangan salibis baru ini adalah mempersiapkan kondisi negara-negara di wilayah timur tengah, setelah dilakukan pembagian, untuk mendirikan negara Israel Raya, yang mencakup sebagian besar Irak dan Mesir melewati Suria, Lebanon, Yordan, seluruh daerah Palestina dan sebagian besar dari negeri haromain (dua tanah suci).

Lalu, bagaimana caranya agar umat Islam yang tercerai berai tersebut bisa bersatu kembali di bawah naungan Khilafah Islamiyyah? Bagaimana pula caranya menahan keganasan orang-orang kafir yang membantai kaum Muslimin ?

Syekh mujahid, Usamah bin Ladin menjawabnya:
“Maka jalan untuk menahan kekuatan orang-orang kafir adalah jihad fi sabilillah, sebagaimana firman Alloh SWT:

" Maka berperanglah kamu pada jalan Alloh, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mu'min (untuk berperang). Mudah-mudahan Alloh menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Alloh amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)." (An Nisa’: 84)

Sesungguhnya umat Islam pada hari ini, atas karunia Alloh SWT, mempunyai kekuatan yang sangat besar yang cukup untuk menyelamatkan Palestina dan menyelamatkan negeri-negeri umat Islam yang lain. Akan tetapi kekuatan ini terbelenggu, maka kita harus berusaha untuk melepaskannya. Selain itu, sebenarnya umat ini telah mendapat janji kemenangan, sehingga jika kemenangan itu tertunda maka hal itu disebabkan oleh dosa-dosa kita dan berpangkutangannya kita dari membela Alloh SWT. Alloh SWT berfirman:

"… jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad: 7)
Bahkan umat ini juga dijanjikan kemenangan atas orang-orang Yahudi, sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alai wa sallam:

"Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin memerangi orang-orang yahudi, lalu kaum musliminpun membunuh mereka, sampai-sampai ada seorang yahudi yang bersembunyi dibalik batu dan pohon, lalu batu atau pohon itu berkata: 'wahai orang Islam, wahai hamba Alloh  ini orang yahudi dibelakangku, kemarilah bunuhlah dia!. Kecuali pohon ghorqod, sesungguhnya ghorqod itu pohon orang-orang yahudi." (HR. Muslim)

Maka di dalam hadits ini juga terdapat peringatan bahwasanya pertarungan yang menentukan dengan musuh itu, terjadi dengan cara pambunuhan dan peperangan, bukan dengan cara membuang-buang kekuatan umat selama puluhan tahun, dengan melalui jalan lain, seperti tipu daya demokrasi dan yang lainnya.

Gelombang Tsunami Revolusi Menghantam Kekuasaan Para Diktaktor
Kini, setelah 88 tahun berlalu, gaung kebangkitan Islam yang sejak lama diperjuangkan mulai menampakkan hasilnya. Kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia melihat secercah harapan kembalinya kejayaan dan keberkahan hidup di bawah naungan syariat Islam di bawah sistem pemerintahan Islam, Khilafah Islamiyyah.



Nubuwwah dari Rasulullah SAW., yang memberitakan akan berakhirnya masa kepemimpinan para diktaktor yang kejam dan bengis dan menjadi awal kemunculan sistem Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian mulai terlihat tanda-tandanya.

"Dari Nu'man bin Basyir dari Hudzaifah bin Yaman radliallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH 'ALAA MINHAJIN NUBUWWAH), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Kerajaan yang Diwariskan (MULKAN ADLON), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Pemerintahan Diktaktor yang bengis (MULKAN JABARIYYAH), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH 'ALAA MINHAJIN NUBUWWAH)". Kemudian beliau (Nabi) diam." (H.R. Ahmad dan Al Baihaqi. Misykatul Mashabih: Bab Al Indzar wa Tahdzir, Al Maktabah Ar Rahimiah, Delhi, India. Halaman 461. Musnad Ahmad, juz 4, halaman 273)

Syekh Hasan Umar hafizhahullah dalam artikelnya yang berjudul “Ruha al-Islam Dairah” (Roda Islam terus berputar) menjelaskan fase-fase dari Nubuwwah Rasulullah SAW., secara panjang lebar dan terperinci.
“Nabi SAW., memberitahukan, pada saat itu masa kenabian, bahwa masa kenabian beliau akan berlangsung di tengah umatnya ini sampai masa beliau wafat. Setelah itu datang masa khilafah rasyidah yang akan bertahan di tengah umat ini selama masa waktu tertentu. Kemudian Allah SWT., akan mengangkat masa tersebut.

Hal itu ternyata benar-benar terjadi. Kemudian muncul masa raja ‘adhun, yaitu kerajaan yang diwariskan. Masa tersebut terjadi sejak era Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA, saat ia mengambil baiat untuk anaknya Yazid bin Mu’awiyah padahal saat itu Mu’awiyah masih hidup.

Kerajaan yang diwariskan menjadi milik Bani Umayyah, lalu menjadi milik daulah Abbasiyah sampai selesai, kemudian daulah Mamluk, dan daulah Utsmaniyah. Daulah Utsmaniyah kemudian berakhir di tangan seorang sekuleris militeris, Musthafa Kamal Attaturk. Negara-negara Eropa berperan besar dalam menjatuhkan daulah Utsmaniyah, sehingga khilafah Utsmaniyah runtuh pada bulan Maret 1924 M.

Era kerajaan yang diwariskan (monarchi) telah berakhir, digantikan oleh pemerintahan militer atas negeri-negeri Islam pada abad 20 M. Bahkan, meski pihak militer yang tidak naik ke kursi kekuasaan, namun sisa-sisa kerajaan yang diwariskan seperti Arab Saudi, Yordania, dan Maroko mempergunakan bantuan kekuatan militer yang besar, dengan peralatan dan persenjataan modern untuk memberangus pihak oposisi dan siapa pun yang membenci penguasa tersebut. Pemerintahan tersebut secara realita adalah pemerintahan diktator, meski secara nama masih berupa kerajaan yang diwariskan.

Kekuasaan sepenuhnya digenggam oleh pemerintahan-pemerintahan diktator tersebut dengan banyak metode. Metode yang paling penting adalah: - aparat keamanan yang kuat yang menjaganya, memberangus para oposisi, mempergunakan media massa dan para jurnalis untuk ‘mencetak’ (membentuk) akal pemikiran rakyat sesuai kehendak para penguasa, suatu cara yang bisa disebut ‘operasi pencucian otak’.

Mereka memenuhi otak rakyat dengan pemikiran-pemikiran yang mendukung para penguasa atau melalaikan rakyat dari dien Allah dan problematika-problematika umat yang paling menentukan nasib mereka, yaitu media massa memberikan porsi yang sangat besar untuk aspek seni, olahraga, lagu-lagu (musik), lawakan, dan seterusnya.

Para tokoh agama yang berubah menjadi para pegawai pemerintahan. Ketika melihat kemungkaran, mereka memegang prinsip: ‘Saya tidak melihat, tidak mendengar, dan tidak mengatakan’.

Mereka berperan seperti para pendeta yang menganggap suci para penguasa, bukan berperan sebagai tokoh iman yang mengingkari kemungkaran penguasa dan meluruskan kekeliruannya, bukan pula berperan sebagai pemimpin umat yang mengembalikan hak-hak umat yang hilang.

Diantara metode terpenting para penguasa diktator tersebut adalah mengikuti kemauan Barat di bidang politik dan militer, dengan mencampakkan persoalan Palestina dari realita perjuangan, karena mereka semua sibuk menjalin perdamaian dengan Israel.

Maka kekuatan militer Amerika dipersilahkan bercokol di Kuwait, Teluk, dan Arab Saudi. Sikap politik negara-negara kawasan Teluk berada di bawah payung politik Amerika. Amerika bahkan melakukan intervensi sangat dalam, sampai taraf menentukan para penguasa di beberapa negeri Islam.

Para penguasa tersebut meminta bantuan kekuatan adidaya (salibis Amerika dan Eropa) ini  dan mereka menindas rakyat mereka sendiri. Maka mereka layak menyandang nama ‘Pemerintahan Diktator’.

Kini nasib para pemerintahan diktator ini mulai sempoyongan dan hendak roboh, dengan dimulainya revolusi rakyat di Tunisia, lalu di Mesir, lalu demonstrasi-demonstrasi dan bentrokan-bentrokan terjadi di Yaman, Libya, dan lain-lain. Semuanya terjadi secara berentetan, dengan kecepatan yang mengagumkan. Semuanya memiliki kemiripan dan beraksi secara cepat.

Kita tidak melihat ada penafsiran atas berbagai kejadian ini yang lebih jujur dari penafsiran Nabi SAW, yang telah memberitahukan kepada kita bahwa pemerintahan diktator akan menguasai umat ini selama masa yang Allah kehendaki. Allah kemudian akan mengangkatnya jika Allah telah menghendakinya.”

88 Tahun Tanpa Khilafah : From Imarah To Khilafah

Kini kita melihat dengan jelas permulaan hilangnya pemerintahan diktator, dan dengan izin Allah semua pemerintahan diktaktor tersebut akan lenyap.

Jika pemerintahan diktator telah hilang, niscaya akan digantikan oleh fase khilafah yang berjalan di atas minhaj (metode) kenabian, seperti yang telah diberitahukan oleh nabi Muhammad SAW.

Gelombang tsunami revolusi Islam yang awalnya muncul di Tunisia telah melanda Timur Tengah dan kini menghantam kekuasaan pemerintahan diktaktor.

Keruntuhan rezim diktaktor Tunisia, disusul Mesir, Libya, dan kini Suriah menjadi tanda dan bukti benarnya berita kenabian Rasulullah SAW.

Sementara itu, fenomena kemunculan negara-negara Islam atau yang lebih dikenal dengan Imarah Islam, seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah Islam Somalia, dan Daulah Islam Iraq menjadi penanda dan bukti yang menguatkan bahwa masa kedatangan Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian sudah semakin dekat. Karena seluruh Imarah Islam yang ada bercita-cita mewujudkan Khilafah Islamiyah mengikuti metode kenabian.


Imarah Islam, seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah Islam Somalia, dan Daulah Islam Iraq, dalam timbangan syar’i masuk dalam kategori “Imarah Khos” atau Imarah Khusus, yakni sebuah kekuasaan spesifik (Khusus) dari sebuah kepemimpinan Islam atas wilayah yang khusus pula, dimana syariat Islam diterapkan di wilayah tersebut.

Imarah Khos (Imarah Khusus) ini suatu saat bisa berkembang dan akhirnya mampu bi idznillah untuk menegakkan “Imarah Aam” (Imarah Umum) atau yang kita kenal dengan nama Khilafah untuk seluruh kaum Muslimin di dunia yang akan mewujudkan ketentraman, kesejahteraan, dan turunnya rahmat Allah SWT., tidak hanya kepada umat Islam, melainkan juga kepada umat non Muslim, bahkan kepada seluruh alam semesta.

Di saat itulah Nubuwwah Rasulullah SAW., kembali terbukti, dengan munculnya masa atau fase Khilafah ala Minhajin Nubuwah, yakni Khilafah yang mengikuti metode kenabian pasca runtuhnya pemerintahan diktaktor, dan diawali dengan kemunculan Imarah Islam. From Imarah To Khilafah, Insya Allah!
Wallahu’alam bis showab!

Semoga bermanfaat.

Jumat, 16 Maret 2012

FATWA FPI TENTANG KENAIKAN BBM, PAJAK dll

syaiful falah 

FATWA FPI
Jakarta, 23 Syawal 1422 H / 7 Januari 2002 M

KEPADA KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT
DENGAN INI FRONT PEMBELA ISLAM MEMFATWAKAN

HARAM BAGI PEMERINTAH

MEMUNGUT PAJAK DARI RAKYAT KECIL, MENAIKAN BBM, TARIF DASAR LISTRIK DAN TELEPON, MENGURANGI SUBSIDI PENDIDIKAN DAN KESEHATAN, MENYUSUTKAN DANA PELAYANAN MASYARAKAT 


SELAMA KORUPSI TIDAK DIBERANTAS

Fatwa Al-Imam ‘Izzuddin ibnu ‘Abdissalam rhm untuk Sultan Qaths di Mesir :
“Sesungguhnya jika musuh masuk menyerang negeri Islam maka wajib atas ulama untuk memerangi mereka. Dan bolehlah bagi engkau sekalian para penguasa mengambil pungutan dari rakyat apa yang bias membantu jihadmu melawan musuh, dengan syarat tidak ada suatu apapun di kas Negara, dan engkau harus menjual terlebih dahulu segala emas perhiasan dan segala harta benda mahal milikmu, dan setiap tentara diberikan tidak lebih dari sekedar kebutuhan perangnya seperti kendaraan dan senjata, serta mereka disamakan dengan masyarakat biasa. Adapun mengambil pungutan dari harta milik umat dengan tetap membiarkan kelebihan dan kemewahan ditangan para penguasa dan tentara maka hukumnya tidak boleh”.

Fatwa Al-Imam an-Nawawi rhm untuk sultan Zhohir di Damaskus – Syiria :
“Aku tahu bahwa engkau wahai sultan, dulunya hanya seorang budak milik Amir Bandaqdar. Kala itu engkau tidak memiliki harta sedikit pun juga, kemudian Allah mengaruniakanmu berbagai kenikmatan dan menjadikanmu sebagai Raja. Dan kini di sisimu ada seribu budak laki-laki yang masing-masing mengenakan pakaian yang berhiaskan emas, dan dua ratus budak perempuan yang masing-masing mengenakan pakaian intan permata. Jika engkau menginfakkan itu semua, dan para budak laki-lakimu cukup berpakaian katun dan bulu, sedang budak perempuanmu cukup mengenakan pakaian tanpa berhias intan permata maka aku akan memfatwakan bagimu untuk memungut pajak dari harta rakyat”
(Dikutip dari kitab Fiqih Zakat, karya Prof. DR. YUSUF Al-QORDHOWI, Juz II hal. 1080)

Di Negara Kapitalis, pajak tinggi walau cari uang mudah.
Di Negara Sosialis, cari uang sulit walau pajak rendah
Sedang di Negara kita, pajak tinggi dan cari uang susah

Makanya, segera pakai sistem ekonomi Islam
Cari uang mudah, pajak rendah, hidup tentram
Karena Islam memang rahmat bagi semesta alam

SUBSIDI BBM BUKAN BANTUAN PEMERINTAH TETAPI HAK RAKYAT
INILAH FATWA FPI SEJAK 10 (SEPULUH) TAHUN LALU

Senin, 12 Maret 2012

Profil & Wawancara Singkat Ombat Tengkorak Band Tentang #IndonesiaTanpaJIL

Jumat, (09/03/2012) lalu, ribuan umat Islam dari berbagai elemen dan ormas Islam serta individu personal menghadiri Apel Siaga Umat Islam untuk #IndonesiaTanpaLiberal (#IndonesiaTanpaJIL), di Bundaran HI - Istana Negara (Monas).

Aksi yang berlangsung sejak Jumat siang hingga sore jelang petang berlangsung damai dan berakhir tanpa adanya sedikitpun kericuhan.

Pada aksi damai yang dihadiri sekitar 2000-3000an massa dari berbagai elemen dan organisasi Islam itu, turut pula dihadiri sejumlah artis, musisi, dan masyarakat umum. Artis Fauzi Baadila dan Ombat Tengkorak adalah diantaranya.

Ombat merupakan salah satu musisi rock underground Indonesia yang ikut hadir dalam aksi Jumat siang itu. Ia merupakan vokalis band underground bernama Tengkorak.

Band Tengkorak yang berisikan lima personel, yakni Ombat (lead vocal), Haryo ”Yoyok” Radianto (gitar), Budi (bas), Ronie Yuska (drum), dan Samir (gitar) tergolong band pertama yang mengusung aliran grindcore ke Indonesia sejak berdirinya pada tahun 1993. 

Hebatnya lagi, band Tengkorak juga pernah mencatatkan diri dalam album kompilasi berjudul It’s a Proud to Vomit Him (1995) bersama musisi-musisi band underground dunia.

Album tersebut dirilis ulang di tujuh negara dan distribusinya sampai di 28 negara di seluruh dunia.

Namun meskipun mengusung musik underground, band Tengkorak memiliki corak yang berbeda dengan band-band heavy metal lain.

Perbedaan itu terletak pada prinsip iedologi Islam dan anti-Zionisme yang diusungnya.

Maka meski tampil urakan, jangan kaget jika saat azan berkumandang, mereka menghentikan aktivitasnya dan shalat terlebih dahulu.

Bagi mereka, Islam tetap nomor satu jika dibandingkan dengan apa pun. Berbeda dengan lirik lagu metal lain yang bertema anti Tuhan, memuja setan, dan kebebasan.

Lirik-lirik lagu Tengkorak justru bersumber dari sirah nabawi, Al Quran, dan hadis rasulullah.

Ombat menyebutnya sebagai perjuangan anak band underground untuk berjihad dengan musik.

Ombat, sebenarnya memiliki nama lengkap Muhammad Hariadi Nasution. Tak banyak yang menyangka kalau ternyata dia lulusan Magister Hukum (S-2) Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta.

Ia juga tercatat sebagai Advokat. Bahkan ia menyandang jabatan Ketua Lembaga Bantuan Hukum Muslim Indonesia (LBHMI). Ia juga merupakan Wakil Ketua Kongres Advokat Indonesia (KAI) Provinsi Banten.

Ombat boleh dibilang sebagai manusia multiprofesi. Selain menjadi musisi dan pengacara KAI, pria kelahiran Jakarta, 11 April 1973, itu juga anggota aktif Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sekaligus Direktur Utama PT. Sebelas April Lian Mipro yang bergerak di bidang event organizer, promotor, dan merchandise.

Pria berkepala plontos dengan jenggot lumayan tebal itu bahkan juga tercatat duduk sebagai anggota ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).

Melalui dia-lah komunitas underground Indonesia ia ajak untuk mengganti salam metal tiga jari dengan salam satu jari.

Salam satu jari telunjuk ke arah langit itu kini diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan diikuti jutaan pencinta musik metal di Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Salam telunjuk itu adalah idenya yang berarti tauhid, yakni percaya kepada satu Tuhan: Allah.

Maka tak salah jika Band Tengkorak yang memiliki ratusan ribu fans fanatik di Asia Tenggara tersebut dikenal sebagai agen aliran musik tauhid underground.

Jumat lalu (09/03/2012), di tengah riuh ramai peserta aksi #IndonesiaTanpaLiberal di Bundaran HI - Monas, MuslimDaily.Net berkesempatan sedikit mewawancarainya berkenaan dengan pemikiran dan gerakan liberalisme.

Berikut transkrip petikan wawancara kami:

MD: Bang Ombat, Anda ini khan artis atau pemusik underground, tapi kenapa anda tertarik ikut aksi #IndonesiaTanpaLiberal dengan turun ke jalan serta ikut long-march segala?

Ombat: Ya, kita turut prihatin lah. Liberalisme ini sudah menjajah kita, baik secara pemikiran maupun budaya. Sementara kita itu tahu bahwa liberal itu nggak ada bagus-bagusnya, apalagi yang namanya JIL, Jaringan Islam Liberal. Islam itu sejak 'lahirnya' sudah Allah sempurnakan. Islam sudah sempurna titik sehingga sudah tidak perlu lagi dikasih embel-embel Liberal segala. Sesat itu mereka.

MD: Ok, menurut anda liberalisme itu sesat dan menjajah kita sehingga harus dilawan. Lalu, apa harapan Anda pasca aksi ini? Apakah Anda akan terus mendorong masyarakat untuk aksi lanjutan berikutnya?

Ombat:  Oh iya. Terus..terus.. dan harus terus. Ini (Aksi #IndonesiaTanpaLiberal di Bundaran HI-Monas_red) khan aksi umat Islam sebenarnya. Bukan aksi si ini dan si itu. Ini adalah aksi umat Islam dari semua elemen. Ini akan kita teruskan. Kalau pemerintah masih saja diam terhadap para cecunguk-cecunguk dan orang-orang liberal itu, ya kita akan terus berjuang dan perjuangkan dalam berbagai macam cara.

MD: Jadi menurut Anda orang-orang liberal itu harus dilibas dan ditolak. Lalu kira-kira apakah Anda punya pesan yang ingin disampaikan kepada mereka orang-orang Liberal atau JIL tersebut?

Ombat: Kalau gue sih nggak mau lah kasih pesan-pesan khusus buat mereka (kaum liberal_red) lah. Kalau gue sih cuma ingin bilang ya semoga kalau Allah tidak memberi mereka hidayah, ya saya berharap semoga Allah segera melaknat mereka saja. Itu saja. Dan saya berkomitmen sampai kapanpun bahkan sampai mati sekalipun mereka akan saya lawan dan harus kita lawan. Kita tidak boleh dan tidak akan takut.

MD: Aksi ini khan dihadiri antara 2000-3000an massa. Namun berdasarkan pantauan kami via online dan televisi tidak memperoleh liputan dari media-media mainstream selayaknya aksi #IndonesiaTanpaFPI kemarin yang meskipun dihadiri 60an orang tetapi justru diliput banyak media mainstream bahkan secara live. Bagaimana komentar anda mengenai media-media mainstream itu?

Ombat: Sebentar-sebentar, sebelumnya gue koreksi dulu. Mengenai jumlah massa yang hadir dalam aksi ini, kalau menurut pandangan gue yang pengalaman bikin event, aksi ini dihadiri lebih dari 15.000 orang. Gue bisa bilang begitu karena gue ini event organizer. Gue ini yang punya PT. Sebelas April Lian Mipro. Jadi gue biasa dan bisa tahu hitung-hitungan massa di lapangan seperti kayak gini. Itu yang pertama.
Terus sekarang yang kedua masalah media mainstream tadi, kalau menurut gue sih, kita nggak perlu lah ambil pusing dengan mereka-mereka (media mainstream_red) itu. Media-media mainstream itu bagi saya nggak penting. Mereka itu media-media yang sama sekali nggak berpihak kepada umat Islam. Jadi kesimpulannya media itu bukan media kita.

Kita bisa kok menggunakan media sosial yang lebih gencar dan tanpa sensor untuk terus senantiasa menyuarakan ide-ide kita umat islam tentang ideologi Islam ini. Lewat Twitter, Facebook, dan YouTube misalnya. Jadi kita lebih mengarah ke sana. Saya yakin kalau pun mereka memberitakan aksi-aksi umat Islam seperti ini paling-paling hanya sekilas dan diberitakannya hanya dihadiri ratusan bahkan mungkin puluhan orang saja. Jadi buat apa media-media seperti itu.

MD: Terakhir, apakah pesan Anda untuk generasi muda khususnya kalangan umat Islam di Indonesia tentang liberalisme? 

Ombat: Khususnya buat kawula muda. Bangkitlah! Buka mata loe! lepaskan jaket loe! Mari kita berjuang, terus dan terus berjuang melawan liberalisme. Gue saja yang masih begajulan gini sadar bahwa liberal ini sudah masuk merusak bangsa. Masak kita nggak terbukakan mata juga sampai sekarang? Itu saja.

"INDONESIA DAMAI, TANPA JIL!" pungkasnya tegas sambil mengacungkan telunnjuk salam satu jari.


Semoga bermanfaat.