Seorang tokoh pejuang Islam menghadap Allah
swt dengan begitu indahnya. Syaikh Abdullah Azzam, siapa yang tidak
pernah mendengar nama itu?
Hampir setiap Muslim yang memperhatikan
kondisi dunia Islam di tahun 80-an pasti mengenal nama dan sosok
Abdullah Azzam dengan baik.
Dia adalah simbol jihad Afganistan saat
mengusir pasukan beruang merah Rusia.
Dan kini, hampir 18 tahun berlalu, namanya masih lekat dikenang dalam hati para pejuang Islam di dunia.
Dan kini, hampir 18 tahun berlalu, namanya masih lekat dikenang dalam hati para pejuang Islam di dunia.
Meski, label gembong teroris juga dikaitkan dengan namanya, namun
siapapun yang mengetahui kondisi perjuangan jihad Afganistan ketika itu,
tak pernah terbetik sedikitpun bahwa Abdullah Azzam adalah seorang
teroris.
Bahkan sebaliknya, ia adalah pejuang sejati yang begitu tinggi
kasih sayangnya kepada kaum Muslimin.
Beberapa waktu lalu, sejumlah tokoh mengingatkan tentang peringatan syahidnya tokoh jihad Afganistan itu.
Salah seorang muridnya yang kini tinggal di Mesir, bercerita tentang
Abdullah Azzam, saat beliau sedang melakukan perkemahan.
Pada suatu
acara semua yang mengikuti mukhayyam itu di perintahkan oleh komandan
lapangan.
“Kalian berlarilah mengelilingi lapangan ini sebanyak yang kalian bisa,” ujar komandan lapangan.Semua peserta perkemahan berlari.
Namun setelah beberapa putaran, sudah ada yang menyerah, dan mereka yang menyerah beralasan bahwa “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (2: 286), inilah yang saya mampu”.
“Kalian berlarilah mengelilingi lapangan ini sebanyak yang kalian bisa,” ujar komandan lapangan.Semua peserta perkemahan berlari.
Namun setelah beberapa putaran, sudah ada yang menyerah, dan mereka yang menyerah beralasan bahwa “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (2: 286), inilah yang saya mampu”.
Begitupula orang-orang yang menyerah
selanjutnya, mereka selalu beralasan dengan ayat ke 286 di surat
Al-Baqarah tersebut.
Dan yang sisa pun semakin banyak yang menyerah, sampai tinggal Abdullah Azzam sendiri, beliau terus berlari mengelilingi lapangan tersebut, sampai akhirnya beliau pingsan.
Dan yang sisa pun semakin banyak yang menyerah, sampai tinggal Abdullah Azzam sendiri, beliau terus berlari mengelilingi lapangan tersebut, sampai akhirnya beliau pingsan.
Dan setelah sadar beliau ditanya oleh
komandan lapangan “ Mengapa anda berlari sampai pingsan begini, kan
sudah saya bilang bahwa anda berlari semampu anda”.
Lalu Abdullah Azzam menjawab “inilah yang saya mampu, sesuai yang anda perintahkan“.
Lalu Abdullah Azzam menjawab “inilah yang saya mampu, sesuai yang anda perintahkan“.
Yang dimaksud oleh Abdullah Azzam adalah
makna sebenarnya dari “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya”, bahwa perintah harus dijalankan sesuai
isinya.
Di sisi lain, upaya apapun harus dilakukan dengan upaya yang
optimal di batas kemampuan seseorang. Itulah salah satu pelajaran yang
diberikan Abdullah Azzam.
Komitmen Kuat Berjihad
Abdullah Azzam dilahirkan di sebuah kampung di Utara Palestina yang dikenal sebagai Selat al-Harithia di daerah Genine pada tahun 1941.
Ayahnya bernama Mustaffa yang meninggal dunia setahun selepas pembunuhan anaknya.
Ibunya bernama Zakia Saleh yang meninggal dunia setahun sebelum Sheikh Abdullah Azzam dibunuh.
Abdullah Azzam berasal dari keluarga yang baik latar-belakang keagamaannya.
Keluarganya gembira mempunyai
anak lelaki, Abdullah Yusuf Azzam, yang sudah terlihat istimewa di
kalangan kanak-kanak lain dan telah aktif berdakwah pada usia yang muda.
Rekan-rekannya mengenali Azzam sebagai seorang yang wara dan sangat
hati hati dengan dosa. Ia menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan pada
usia muda.
Guru-gurunya melihat keistimewaan ini sejak Azzam masih duduk
di bangku sekolah.
Abdullah Azzam masuk dalam organisasi al-Ikhwan-ul-Muslimin sebelum mencapai usia baligh.
Abdullah Azzam masuk dalam organisasi al-Ikhwan-ul-Muslimin sebelum mencapai usia baligh.
Sheikh Abdullah Azzam telah dikenal
karena ketabahan dan sifatnya yang sungguh sungguh sejak kecil.
Ia menerima pendidikan awal peringkat sekolah dasar dan menengah di kampung sebelum meneruskan pendidikan di College Pertanian Khadorri sampai tingkat Diploma.
Ia menerima pendidikan awal peringkat sekolah dasar dan menengah di kampung sebelum meneruskan pendidikan di College Pertanian Khadorri sampai tingkat Diploma.
Walau merupakan pelajar termuda di kalangan
teman-temannya, Abdullah Azzam adalah murid yang paling cerdas.
Setelah
menamatkan pendidikan di College Khadorri ia bekerja sebagai seorang
guru di sebuah kampung bernama Adder di Selatan Jordan.
Kemudian beliau
meneruskan pendidikan di college Shariah di universitas Damaskus
sehingga memperoleh Ijazah B.A. dalam Shariah pada 1966.
Setelah pihak
Yahudi mendudduki Tepi Barat pada tahun 1967, Abdullah Azzam muda hijrah
ke Jordan, karena ia tidak mau tinggal di bawah penjajahan Yahudi di
Palestina.
Pengalaman melihat tank-tank Israel bergerak masuk ke Tepi
Barat tanpa ada hambatan meningkatkan tekadnya untuk hijrah dan belajar
mendapatkan kemampuan untuk perang.
Tahun 1960-an ia ikut dalam Jihad
menentang penjajahan Israel di Palestina dari Jordan.
Ketika itu juga ia menerima Ijazah Master di dalam bidang Shariah dari Unversitas al-Azhar.
Ketika itu juga ia menerima Ijazah Master di dalam bidang Shariah dari Unversitas al-Azhar.
Pada tahun 1970 sesudah Jihad terhenti karena kekuatan PLO
dipaksa keluar dari Jordan, Abdullah Azzam menjadi seorang pensyarah di
universitas Jordanian di Amman.
Pada tahun 1971 ia dianugerahkan
biasiswa ke Universitas al-Azhar di Kairo sampai ia memperoleh Ijazah
doktor di dalam bidang Ushul al-Fiqh pada 1973.
Ketika di Mesir itulah,
ia telah berkenalan dengan keluarga Sayid Quthb, keluarga tokoh
perjuangan Islam di Mesir.
Pada tahun 1979 ia meniggalkan universitas berpindah ke Pakistan untuk ikut serta dalam Jihad Afghanistan. Di sana ia berkenalan dengan pemimpin-pemimpin Jihad.
Awal
kedatangannya di Pakistan, ia dilantik sebagai pengajar di universitas
Islam internasional di Islamabad.
Setelah beberapa waktu lamanya,
kemudian beliau mengambil keputusan untuk berhenti dari tugas
universitas untuk memfokuskan seluruh waktu dan tenaganya kepada Jihad
di Afghanistan.
Abdullah Azzam sangat banyak dipengaruhi
oleh Jihad di Afghanistan dan Jihad di Afghanistan juga sangat banyak
dipengaruhi Abdullah Azzam sejak beliau memfokuskan seluruh waktunya
untuk Jihad.
Ia menjadi seorang yang disegani di arena Jihad
Afghanistan. Ia menumpahkan seluruh daya usaha untuk menyebarkan dan
mengenalkan Jihad di Afghanistan ke seluruh dunia.
Ia mengubah pandangan umat Islam tentang Jihad di Afghanistan dan menyadarkan bahwa Jihad adalah tuntutan Islam yang menjadi tanggung jawab semua umat Islam di seluruh dunia.
Ia mengubah pandangan umat Islam tentang Jihad di Afghanistan dan menyadarkan bahwa Jihad adalah tuntutan Islam yang menjadi tanggung jawab semua umat Islam di seluruh dunia.
Berkat hasil usahanya, Jihad Afghan menjadi Jihad
universal yang diikuti oleh umat Islam dari berbagai pelosok dunia.
Abdullah Azzam bahkan menjadi idola generasi muda yang menyahut seruan Jihad.
Abdullah Azzam bahkan menjadi idola generasi muda yang menyahut seruan Jihad.
Pernah ia berkata, “Aku rasa seperti baru berusia 9 tahun, 7 setengah tahun di Jihad Afghan, satu setengah tahun di Jihad Palestina dan tahun-tahun yang selebihnya tidak bernilai apa-apa.”
Ia juga melatih keluarganya dengan
pemahaman dan semangat yang sama. Isterinya terlibat dengan kegiatan
penjagaan anak-anak yatim di Afganistán.
Ia sendiri menolak tawaran
pekerjaan sebagai pengajar dari beberapa buah universitas sambil
berikrar bahwa ia tidak akan meninggalkan Jihad sehingga gugur syahid.
Ia juga selalu mengatakan bahwa tujuan utama dan cita-citanya adalah
untuk membebaskan Palestina.
Terbunuh Saat Hendak Sholat Jumat
Tentu saja komitmen yang begitu tinggi
pada Islam menimbulkan keresahan di kalangan musuh-musuh Islam. Mereka
bersekongkol untuk membunuh beliau.
Pada tahun 1989, sebuah bom
diletakkan di bawah mimbar yang ia gunakan untuk menyampaikan khutbah
Jumat.
Bahan letupan itu sangat berbahaya dan ledakannya akan
memusnahkan masjid tersebut bersama dengan semua benda dan jamaah di
dalamnya.
Tetapi dengan perlindungan Allah, bom tersebut tidak meledak
dan ratusan orang Islam selamat.Musuh-musuh Islam terus berupaya
membunuh Abdullah Azzam.
Pada hari Jum’at, 24 November 1989 di Peshawar,
Pakistan, mereka telah menanam tiga buah bom di jalan yang sempit.
Abdullah Azzam memarkirkan mobilnya di posisi bom pertama dan kemudian
berjalan ke masjid untuk shalat Jum’at.
Bom pun meledak dan Abdullah
Azzam gugur bersama dengan dua orang anak lelakinya, Muhammad dan
Ibrahim, beserta dengan anak lelaki al-marhum Sheikh Tamim Adnani
(pejuang di Afghan).
Ledakan bom seberat 20 kg TNT dilakukan
dengan alat kontrol jarak jauh.
Setelah ledakan kuat itu orang-orang keluar dari masjid dan melihat keadaan yang mengerikan.
Hanya bahagian kecil dari mobil tersebut yang kelihatan.
Anak Abdullah Azzam, Ibrahim, terpental 100 meter; begitu juga dengan dua orang anak-anak lagi. Serpihan mayat mereka bertaburan di atas kabel-kabel listrik.
Setelah ledakan kuat itu orang-orang keluar dari masjid dan melihat keadaan yang mengerikan.
Hanya bahagian kecil dari mobil tersebut yang kelihatan.
Anak Abdullah Azzam, Ibrahim, terpental 100 meter; begitu juga dengan dua orang anak-anak lagi. Serpihan mayat mereka bertaburan di atas kabel-kabel listrik.
Tubuh Abdullah Azzam ditemukan bersandar
pada sebuah tembok, dalam keadaan sempurna dan tiada luka atau cedera
kecuali sedikit darah yang mengalir dari bibirnya.
Seperti itulah akhir
kehidupan seorang Mujahid di dunia ini dan insya-Allah kehidupannya akan
terus berlanjut di sisi Allah swt.
Seorang Yang Berperilaku Islami
Syeikh Abdullah Azzam adalah contoh seorang yang berperilaku Islami dengan baik, dengan amal solehnya, dengan ketaqwaannya kepada Allah SWT dan dengan kesederhanaannya dalam segala hal.
Beliau tidak pernah mencemari hubungan baiknya dengan orang lain.
Syeikh Abdullah Azzam selalu mendengarkan pendapat para pemuda, beliau amat disegani dan tidak terbersit sedikitpun rasa takut di dalam hatinya.
Beliau selalu berpuasa selang seling hari seperti yang dilakukan Nabi Daud ‘alaihi salam.
Dan juga selalu menghimbau yang lainnya untuk berpuasa Senin dan Kamis.
Syeikh Abdullah Azzam adalah orang yang selalu berterus terang, tulus, dan mulia.
Beliau tidak pernah mencaci orang lain atau berbicara yang tidak baik mengenai orang lain.
Pengurusan Jenazahnya
Ketika orang-orang ramai mengetahui bahwa yang terbunuh itu ialah Abdullah Azzam, banyak di antara mereka yang meneteskan air mata.
Banyak dari mereka yang kemudian membantu membawa mayat beliau dan 2 orang anaknya ke rumah sakit terdekat.
Setelah doktor membenarkan ketiganya itu sudah tidak lagi bernyawa, maka jenazah tersebut kemudian dibawa ke rumah rekan seperjuangan beliau.
Pemimpin Ittihad Islami, Abdul Rabbir Rasul Sayyaf sementara menunggu untuk dikebumikan.
Saat itu, banyak orang yang sudah menunggu jenazah Abdullah Azzam dan anaknya.
Dan ketika itu pula terciumlah wangi harum kasturi dari bilik tempat jenazah mereka ditempatkan.
Ini menguatkan lagi keyakinan mereka, bahwa Abdullah Azzam serta 2 orang anaknya, dicabut nyawanya oleh Allah sebagai seorang syuhada.
Bau harum tersebut ialah salah satu pertanda bahwa perjuangan Abdullah Azam telah mencapai matlamat yang sering dirindukannya.
Pada sholat Maghrib malam itu, ada ribuan orang dari pelbagai lapisan bangsa yang hadir untuk mensholati jenazah Abdullah Azzam berserta 2 orang anaknya.
Dengan cara seperti inilah pahlawan Besar dan Penggerak Kebangkitan Islam meninggalkan medan jihad dan dunia ini.
Beliau dimakamkan di Makam para Syuhada Pabi di Peshawar Pakistan, dimana beliau dikebumikan bersama-sama dengan ratusan syuhada lainnya.
Semoga Allah SWT menerima beliau sebagai syuhada dan menganugerahinya tempat tertinggi di surga (Aamiin).
Pertempuran yang telah beliau lalui dan telah beliau perjuangkan masih tetap berlanjut sampai sekarang.
Tidak satupun tanah jihad di seluruh dunia, tidak seorang pun mujahidin yang berjuang di jalan Allah SWT yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran, dan karya Syeikh Abdullah Azzam Rahmatullah ‘alaih.
Kita memohon kepada Allah SWT untuk menerima amal ibadah beliau dan menempatkan beliau di surga tertinggi.
Kita memohon kepada Allah SWT untuk membangkitkan dari umat ini ulama-ulama lain sekaliber beliau.
Yang menerapkan pengetahuannya di medan perjuangan, bukan hanya menyimpannya di dalam buku dan di dalam masjid saja.
Melalui biografi ini, telah direkam kejadian-kejadian dalam sejarah Islam selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 1979 hingga 1989, dan akan terus berlanjut sebagaimana Syeikh Abdullah Azzam berkata:
“Sesungguhnya sejarah Islam tidaklah ditulis melainkan dengan darah
para syuhada, dengan kisah para syuhada, dengan teladan para syuhada”
يُرِيدُونَ أَن يُطْفِؤُواْ نُورَ اللّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّهُ إِلاَّ أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (32) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (33)
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah SWT dengan mulut mereka, dan Allah SWT tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai” (At-Taubah: 32-33).
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar